Ancam Warga Pakai Parang, Kades Toin Ditetapkan Sebagai Pelaku

HALSEL, CN – Kepala Desa (Kades) Toin, Kecamatan Botang Lomang, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Provinsi Maluku Utara (Malut), Fahmi Taher, resmi ditetapkan sebagai pelaku kasus dugaan pengancaman terhadap warganya sendiri, Parto Naser, menggunakan Senjata Tajam jenis Parang.

Langkah tegas penyidik Polres Halsel ini mendapat apresiasi dari kuasa hukum korban, Mudafar Hi. Din, SH, yang menyebut penanganan kasus ini sebagai bentuk profesionalisme penegak hukum tanpa pandang jabatan.

“Kades Toin sudah ditetapkan sebagai pelaku. Kami apresiasi kinerja penyidik. Ini bukti hukum tidak takut pada kekuasaan,” tegas Mudafar, Selasa (22/7/2025).

Kasus bermula dari perselisihan antara Kades, Fahmi Taher dan Parto Naser yang berujung pada dugaan pengancaman dengan parang. Parto yang merasa terancam segera melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

Penyidik disebut telah memeriksa saksi, mengumpulkan bukti, dan menerbitkan SP2HP/236/VII/Sat Reskrim, yang menyatakan telah ditemukan bukti permulaan cukup atas tindak pidana yang dilaporkan.

“Seorang Kades seharusnya melindungi warganya, bukan jadi sumber ketakutan,” tambah Mudafar.

Pihak keluarga korban mengaku lega dan berharap proses hukum terus berjalan transparan, tanpa intervensi.

Langkah hukum ini dinilai penting untuk memberi pesan keras kepada para pejabat Desa agar tidak menyalahgunakan wewenang terhadap rakyat.

“Kami ingin ini jadi preseden. Jangan ada lagi warga takut melawan ketidakadilan karena pelakunya punya jabatan,” tutup Mudafar.

Kasus ini segera dilimpahkan ke tahap selanjutnya untuk proses hukum lebih lanjut. (Hardin CN)

Dari Negeri Batu Rijang, Harum Pengabdian Itu Bernama Rusdi Somadayo

HALSEL, CN — Di sebuah Desa yang sunyi, di sudut Selatan Kayoa yang bersisian dengan samudera dan batu-batu rijang yang tak pernah lelah menantang ombak, lahirlah seorang anak bernama Rusdi Somadayo. Ia lahir bukan hanya dari rahim seorang ibu, tetapi juga dari rahim zaman yang menuntut pengabdian.

Putra Desa Orimakurunga itu, yang lahir pada 31 Agustus 1971, bukanlah tokoh yang tumbuh di bawah gemerlap kota, melainkan ditempa oleh kerasnya hidup dan tajamnya batu rijang. M. Reza A. Syadik menyebutnya dengan metafora menyayat, “Mutiara Kayoa Selatan dari Negeri Singkong yang penuh Batu Rijang.”

Itulah Rusdi, seorang pendidik di SMP Negeri Mafa, yang menyiram benih pengetahuan di tanah kering Gane Timur. Dari sana, ia melangkah bukan demi jabatan, tetapi demi jejak yang berarti.

Jejak yang Ditulis dengan Peluh, Bukan Tinta

Ketika angin perubahan berembus ke Halsel, Bupati Muhammad Kasuba memercayakan Rusdi Somadayo untuk memimpin Dinas Pertambangan. Ia tidak datang membawa ambisi, melainkan visi. Pulau Obi, yang selama ini menjadi ladang emas orang lain, mulai disulapnya menjadi ruang harapan bagi rakyat sendiri.

Tak lama, ia pun digeser untuk memimpin Dinas Lingkungan Hidup. Di sini, Rusdi bukan sekadar pejabat. Ia menjadi pemimpi yang menggambar masa depan: Taman Pantai Mongga, penataan median jalan kota Labuha, pasar Tembal yang jadi nadi ekonomi rakyat. Semuanya adalah tafsir cinta pada tanah kelahiran.

Upayanya itu bahkan berbuah Adipura dari kementerian pusat. Tapi sebagaimana matahari yang terbenam meski memberi cahaya, semangat itu kini terasa meredup dan itu membuat kita rindu pada gebrakannya yang dulu.

Menjulang Tapi Tetap Membumi

Jejak Rusdi tak berhenti di tanah kelahirannya. Ia menyeberangi lautan, menembus batas pulau, hingga menjabat sebagai staf khusus Bupati Morotai dan dipercaya mengabdi di Kementerian Perhubungan. Dari Bitung hingga Balikpapan, dari Tobelo hingga Jayapura, ia tak pernah meninggalkan kompas nilai-nilai pengabdian yang membentuknya.

Di Tobelo, ia menoreh sejarah dengan menjadikan pelabuhan sebagai Eco Port, pelabuhan hijau yang bersahabat dengan bumi. Dan kini, di Jayapura sebagai Kepala Disnav Kelas II, ia memikul tanggung jawab besar, namun tetap berjalan dengan jiwa kecil seorang guru dari Mafa.

Batu Rijang Tak Pernah Retak

Rusdi Somadayo bukan sekadar pejabat. Ia adalah pelajaran hidup. Ia adalah saksi bahwa mimpi anak kampung tidak harus berhenti di batas peta. Ia adalah bukti bahwa jabatan bisa menjadi ladang ibadah, bukan menara kuasa.

Dalam dunia yang kehilangan keteladanan, Rusdi adalah oase yang menyentuh, bahwa kepemimpinan tidak selalu harus keras, tapi bisa hadir seperti embun. Diam, namun menghidupkan.

Sebagaimana pesan Tan Malaka:
“Terpelajar itu harus adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.”

Energi Harum dari Selatan

Kini, Negeri Saruma memanggil. Kebutuhan akan tokoh yang bukan hanya paham teori, tetapi pernah mencangkul harapan bersama rakyat, kian mendesak. Rusdi Somadayo, mungkin adalah jawaban dari doa-doa diam para ibu di dusun dan langkah-langkah sunyi para petani yang rindu keadilan.

Sebagaimana M. Reza A. Syadik menegaskan,

“Rusdi bukan hanya birokrat. Ia adalah energi harum dari Selatan, batu rijang yang tak mudah retak oleh zaman.”

Dan motto hidupnya akan selalu kita kenang:
“Memimpin bukan soal menunjukkan kuasa, tapi bagaimana keputusan kita menyentuh dan menguatkan sesama.” (Hardin CN)

Demi Kesembuhan Ibu Mulyati Mustafa Asal Malut, Seorang Dermawan Facebook Bantu Hingga dapat Ruangan RS di Makassar

HALSEL, CN – Kisah haru datang dari seorang pasien Tumor asal Provinsi Maluku Utara (Malut) yang terlantar bernama Mulyati Mustafa, yang tengah berjuang melawan penyakitnya dan harus dirujuk ke Rumah Sakit (RS) di Makassar. Di tengah kesulitan, bantuan datang dari seseorang yang bahkan belum pernah bertemu langsung, Fitri Aliyah Amir, sosok dermawan yang dikenalnya lewat Facebook.

Anak dari Ibu Mulyati, Dewi Sartika, membagikan kisah penuh haru ini di Media Sosial (Medsos). Ia mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih mendalam atas bantuan Fitri Aliyah yang telah mempermudah proses masuk RS hingga mendapatkan ruangan.

“Alhamdulillah… Terima kasih atas bantuannya, Ibu Fitri Aliyah Amir, yang mau bantu saya dan mama sampai bisa masuk RS dan dapat ruangan,” tulis Dewi, Selasa (15/7/2025).

Dewi mengaku sangat terharu karena bantuan datang dari orang yang tak pernah ditemui secara langsung.

“Kami tidak saling kenal secara pribadi, hanya kenal lewat Facebook, tapi beliau sangat membantu sekali,” lanjutnya.

Kini, keluarga berharap agar Ibu Mulyati Mustafa segera mendapat tindakan operasi dan bisa pulang dengan kondisi sehat dan walafiat. Mereka juga mendoakan agar kebaikan Fitri Aliyah dibalas dengan limpahan rahmat oleh Allah SWT.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa kebaikan bisa datang dari orang yang bahkan tidak kita sangka. Di tengah kesulitan, masih ada hati-hati mulia yang hadir tanpa pamrih.

Diberitakan sebelumnya, kisah memilukan seorang pasien asal Malut bernama Ibu Mulyati A. Mustafa. Dikirim ke Kota Makassar untuk menjalani operasi Tumor. Namun sang anak, Dewi Sartika mengaku bahwa mereka harus tinggal di mess tanpa pengawasan medis. Ia khawatir kondisi sang ibu justru semakin memburuk karena tidak mendapatkan kontrol medis yang memadai.

Bahkan ia menuliskan keluhannya secara terbuka kepada Gubernur Malut, Sherly Laos, memohon adanya bantuan nyata dari pihak pemerintah agar sang ibu segera mendapatkan operasi yang sangat dibutuhkan (Hardin CN)

Pasien Tumor Asal Malut Terlantar di RS Makassar, Curhat Anaknya Viral di Facebook

HALSEL, CN – Seorang pasien rujukan asal Provinsi Maluku Utara (Malut), atas nama Mulyati A. Mustafa, mengalami keterlambatan tindakan medis di salah satu Rumah Sakit (RS) di Kota Makassar. Sang anak, Dewi Sartika, menyampaikan curhat pilunya melalui Facebook, dan unggahan tersebut kini viral serta menuai simpati publik.

Dalam unggahan yang ditujukan langsung kepada Gubernur Malut, Sherly Laos, Dewi mengaku ibunya datang ke Makassar untuk menjalani operasi tumor, namun hingga saat ini belum mendapatkan tindakan medis apa pun, meski seluruh berkas dan hasil pemeriksaan sudah lengkap.

“Kami datang dari jauh, semua syarat sudah lengkap, tapi mama saya belum juga dioperasi. Sekarang beliau makin lemah dan bahkan tidak bisa makan,” tulis Dewi dalam unggahan yang kini ramai dibagikan hingga saat ini, Senin (14/7/2025).

Tinggal di Mess Tanpa Kontrol Medis

Dewi Sartika, menyampaikan curhat pilunya melalui Facebook, dan unggahan tersebut kini viral serta menuai simpati publik.

Dewi menuturkan, sejak kedatangan mereka ke Makassar, pihak RS selalu berdalih bahwa tidak ada kamar atau ruangan kosong, meskipun sudah menunggu sejak bulan lalu. Lebih parah lagi, pasien hanya tinggal di mess tanpa kontrol medis sama sekali.

“Kami hanya tinggal di mess. Tidak ada Dokter yang cek kondisi mama. Setiap ditanya, rumah sakit hanya bilang tunggu kamar kosong,” tulisnya lagi.

BPJS dan Birokrasi yang Menyulitkan

Dalam pesan pribadi, Dewi juga menyebut bahwa pihak rumah sakit sempat menyampaikan bahwa sebagai pasien BPJS, ibunya membutuhkan surat pengantar dari Dinas Sosial (Dinsos) atau pejabat berwenang agar bisa mendapatkan layanan maksimal.

“Padahal ini pasien rujukan resmi. Kenapa harus menunggu surat lagi? Sementara kondisi ibu saya semakin memburuk,” keluhnya.

Permintaan Tindakan Tegas dari Pemerintah

Dalam pesan pribadi Dewi yang viral.

Melalui unggahannya yang menyentuh, Dewi memohon perhatian serius dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Malut, terutama Gubernur Sherly Laos, serta pihak terkait di Makassar agar segera memberikan solusi atas situasi ini.

“Saya tahu Ibu Gubernur punya niat baik. Tapi mohon cek orang-orang yang mengurus kami di lapangan. Jangan sampai niat baik ibu jadi gagal hanya karena pengawasan yang lemah,” pintanya.

Catatan Redaksi Cermin Nusantara

Kasus ini menunjukkan masih lemahnya koordinasi antara daerah pengirim pasien dan rumah sakit rujukan. Penanganan yang lamban dapat berdampak fatal bagi pasien, terutama mereka yang berasal dari luar daerah dan jauh dari keluarga.

Kami membuka ruang klarifikasi dari pihak rumah sakit dan Dinas terkait. Semoga masalah ini segera ditangani dan pasien bisa mendapatkan haknya untuk sehat kembali. (Hardin CN)

Jack Dorsey Luncurkan Bitchat, Aplikasi Pesan Offline Tanpa Internet dan Jejak Digital

JAKARTA, CN – Pendiri Twitter sekaligus CEO Block, Jack Dorsey, resmi memperkenalkan aplikasi pesan terbaru bernama Bitchat, yang memungkinkan pengguna berkomunikasi tanpa koneksi internet.

Tidak seperti WhatsApp atau Telegram yang mengandalkan jaringan data dan server pusat, Bitchat menggunakan jaringan mesh berbasis Bluetooth antarperangkat. Artinya, pengguna tetap bisa berkirim pesan meskipun tidak ada sinyal seluler maupun Wi-Fi.

“Aplikasi ini tidak memerlukan internet, server pusat, bahkan nomor telepon atau email,” ungkap Dorsey melalui pengumuman resminya di platform X (dulu Twitter), seperti dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (8/7/2025).

Saat ini, versi beta Bitchat sudah tersedia bagi pengguna iOS melalui TestFlight, sementara dokumentasi teknis lengkapnya dapat diakses melalui GitHub.

Dengan teknologi jaringan mesh, perangkat pengguna akan saling terhubung dan membentuk klaster lokal. Pesan-pesan kemudian berpindah dari satu perangkat ke perangkat lain, memperluas jangkauan komunikasi secara alami, tanpa perlu infrastruktur tambahan.

Sistem ini menjadikan Bitchat sangat berguna dalam situasi darurat seperti pemadaman internet, pemblokiran jaringan, atau kondisi di mana pengguna ingin menghindari pengawasan. Konsep ini mirip dengan aplikasi yang digunakan oleh demonstran Hong Kong pada 2019, ketika mereka menghadapi pembatasan akses internet.

Soal privasi, Bitchat dirancang dengan pendekatan ketat. Semua pesan bersifat sementara, tidak disimpan di server mana pun, dan hanya berada di perangkat pengguna. Aplikasi ini juga tidak memerlukan akun, nomor HP, atau informasi pribadi lainnya.

Fitur tambahan seperti ruang obrolan grup yang disebut rooms dapat diamankan dengan kata sandi. Selain itu, fitur store-and-forward memungkinkan pesan dikirim ke pengguna yang sedang offline dan diterima saat mereka kembali online.

Dorsey juga menyebutkan bahwa versi mendatang dari Bitchat akan mendukung teknologi WiFi Direct, guna memperluas jangkauan dan mempercepat koneksi antarperangkat. (Hardin CN)

Lewat Facebook, Warga Tuntut Pembayaran Lahan Gedung DPRD Halsel: Jangan Buat Kami Susah

HALSEL, CN – Sebuah unggahan di grup Facebook INFO HALSEL mengundang perhatian publik, setelah seorang warga menyuarakan tuntutan kepada Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Provinsi Maluku Utara (Malut), terkait lahan milik keluarganya yang telah digunakan untuk pembangunan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Halsel dan fasilitas Pemerintahan lainnya.

Unggahan tersebut ditulis oleh akun bernama Uthyy Ermawati pada Kamis, 10 Juli 2025, yang mengaku sebagai anak dari pemilik lahan. Ia meminta agar Bupati Halsel, Hasan Ali Bassam Kasuba, segera menindaklanjuti penyelesaian pembayaran lahan orang tuanya.

“Yang terhormat Bapak Bupati Halmahera Selatan, Hasan Ali Bassam Kasuba, kami selaku pemilik lahan meminta agar pemerintah daerah segera membayar lahan orang tua kami. Jangan buat kami susah. Kami ini rakyat kecil dan kami menuntut karena ini adalah hak kami,” tulis Uthyy dalam unggahannya.

Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya mengetahui secara langsung perjuangan orang tuanya dalam mempertahankan hak atas lahan tersebut sejak masa kecil.

“Saya sebagai anak mewakili orang tua saya karena saya telah melihat perjuangan orang tua saya untuk memperjuangkan haknya. Saya juga telah mendengar cerita masa kecil orang tua saya yang sejak  umur 4 tahun, sudah menempuh jarak kilometer untuk lahan yang saat ini menjadi gedung DPR Halmahera Selatan. Keluarga saya yang mendambakan keadilan di negeri tercinta ini,” ungkapnya.

Di akhir pernyataannya, Uthyy berharap curahan hatinya bisa sampai ke hati nurani pemimpin daerah.

“Semoga berita ini sampai di telinga, mata, dan hati nurani Bapak Bupati Hasan Ali Bassam Kasuba,” tutupnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halsel terkait tuntutan tersebut. (Hardin CN)