HALSEL, CN – Di tengah rimbunnya hutan dan tenangnya laut di Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Provinsi Maluku Utara (Malut), Desa Tabalema, Kecamatan Mandioli Selatan, kembali mengguratkan kisah sederhana yang sarat makna. Dimana, ketika negara hadir lewat uluran tangan Pemerintah Desa (Pemdes) menyulam harapan dalam denyut kehidupan rakyat kecil.
Uniknya, terlihat pemandangan langit Mandioli Selatan tak sekadar biru. Ia seperti turut menjadi saksi bisu atas kepedulian yang mengalir dari Pemdes Tabalema kepada warganya yang membutuhkan. Kepala Desa (Kades) Tabalema, dengan wajah penuh tanggung jawab melalui perangkatnya, memulai penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Tahun 2025, sekaligus insentif selama 6 bulan bagi para penjaga nilai dan tradisi, yakni Badan Sara serta dukungan bagi roda organisasi PKK yang senantiasa menopang urusan ibu-ibu di kampung halaman.
“BLT disalurkan kepada 23 warga penerima, dan insentif untuk 10 orang dari Badan Sara. Ini tahap pertama untuk Tahun 2025. Termasuk juga anggaran kegiatan PKK,” ujar Kades Tabalema, Abidin Taib, Jumat (4/7).
Yang membuat suasana kian menyentuh, sang Kades menyampaikan itu semua di tengah masa pemulihannya dari patah kaki akibat kecelakaan motor yang belum lama ini menimpanya. Meski dalam kondisi belum sepenuhnya pulih, ia tetap mengawasi untuk memastikan hak rakyatnya tersampaikan tanpa hambatan.
Luka yang membalut kakinya tak mengurangi semangatnya untuk melayani. Justru dari sana, kita belajar bahwa seorang pemimpin tidak diukur dari tegaknya ia berdiri, tapi dari kokohnya ia memikul amanah.
Tak hanya angka yang dibagikan, melainkan amanah yang dititipkan. Di setiap lembar bantuan, tersimpan harapan tentang dapur yang kembali mengepul, anak-anak yang bisa ke sekolah tanpa cemas dan lansia yang tak lagi merasa sendiri.
Badan Sara, pilar adat yang selama ini menjaga kearifan lokal dan menyeimbangkan suara rakyat dengan suara leluhur, juga mendapat perhatian. Mereka bukan sekadar pelengkap struktur Desa, tetapi cahaya penuntun dalam tiap keputusan musyawarah kampung.
Sementara itu, para perempuan penggerak PKK, yang selama ini diam-diam menjadi jantung sosial Desa, kembali diberi ruang bergerak, menyusun program, mengolah potensi dan menguatkan peran ibu-ibu dalam membangun peradaban kecil di sudut Halmahera.
Mungkin bagi sebagian, jumlah itu tampak kecil. Tapi di mata warga Tabalema, ia adalah kabar gembira, adalah napas baru. Di tengah gejolak ekonomi dan ujian zaman, mereka tak merasa sendiri. Negara hadir dalam wujud yang paling membumi melalui tangan para pemimpin Desa yang tak melupakan siapa yang mereka wakili.
Di Tabalema, nama-nama yang menerima bantuan bukanlah angka-angka, melainkan cerita. Sebab, Bantuan ini bukan hanya tentang uang. Ini adalah bentuk kasih sayang pemerintahan kepada rakyatnya. Bahwa mereka, di ujung selatan pulau, tetap dihitung dalam derap kebijakan. Bahwa keberpihakan itu nyata, tak hanya dalam janji, tapi dalam tindakan.
Semoga apa yang dilakukan oleh Pemdes Tabalema menjadi contoh bagi Desa-desa lain di penjuru negeri ini, bahwa pemerintahan yang tulus, walau sederhana, mampu menjadi pelita di tengah kesulitan.
Desa Tabalema kembali menulis sajak kemanusiaannya, tentang pemimpin yang tetap berjalan walau tertatih, tentang pemerintah yang tak lupa menoleh ke bawah, tentang rakyat kecil yang tak lagi harus berteriak untuk didengar dan tentang keadilan di Desa yang bernama Tabalema. (Hardin CN)
Komentar