Demokrasi Idiot, Peta Jalan Baru Demokrasi Rasional (CAT)

Oleh 

Faisal Rumpai

Penulis Adalah Pengamat Sosial

 

Saya teringat band Rock Amerika Serikat Green day, Billie Joe Armstrong dkk, meliris lagu American Idiot ” Amerika Bodoh” lagu ini dirilis pada tahun 2004 saat Amerika di pimpinan oleh Presiden George Bush lagi kampanyekan Invasi ke Irak, liriknya Tak ingin menjadi orang Amerika yang idiot/bodoh, satu negara di kendalikan oleh media, kita bukan sala satu negara yang patuh di teladani, di akhiri dengan kalimat for that’s enough to argus ” Karena itu cukup sudah berdebat”.

Saya terinspirasi dari lagu Amerika Idiot, tetapi saya menjelaskan Idiot pada ranah yang lebih luas, yaitu sistem politik yaitu demokrasi, tentu Demokrasi dalam konteks ide, iya adalah ide abstrak yang mengawan-awan dalam pikiran para filsuf/pecinta kebijaksanaan, tetapi demokrasi bisa menjadi Idiot setelah ide tentang demokrasi itu di praktekan secarah irasional, maka iya bisa disebut Idiot, Idiot nya Demokrasi bukan pada idenya tetapi dari prakteknya yang salah.

Secarah etimologi demokrasi merupakan serapakan kata Latin ke yunani yang kemudian terglobalisasi “demos (rakyat)-kratos (negara/pemerintah), Praktek Demokrasi langsung di Yunani sering dirujuk sebagai praktik demokrasi rasional, tetapi sebenarnya praktek Demokrasi di Yunani dalam standar Demokrasi hari ini, Demokrasi saat itu sangat Idiot, sebab disamping perempuan tidak di anggap sebagai Cityzenship “warga negara”. Dia juga tidak punya hak politik menyampaikan pendapat di agora.

Dengan demikian posisi politik kaum perempuan saat itu tidak ada, karena negara tidak mengakuinya sebagai manusia politik dalam negara kota, dengan sendirinya perempuan menjadi sasaran tindakan diskriminasi sosial, tetapi di negara modern saat ini kita tidak akan mungkin menjumpai situasi politik saat itu di sini.

Begitu juga dengan posisi warga negara dan elit yang berada di agora/dewan Rakyat hanya segelintir orang, privelesnya terletak pada privat property dalam bentuk tanah dan lain-lain, dan budak saat itu masih terdapat dalam kehidupan masyarakat negara kota, walaupun kita tau perbudakan modern hari ini belum hilang tetapi perbudakan jaman itu benar-benar tidak rasional dan sangat tidak demokratis dan itu Idiot/bodoh.

Kalau rujukan dari demokrasi itu adalah, kebebasan menyampaikan pendapat, maka praktek demokrasi menurut Yves Schmeil dalam democracy before menyebut sebelum Yunani telah ada di mesir Kuno dan Mesopatamia Kuno, dimana telah terbentuk banyak dewan kota dari pada Agora di polis Yunani.

bahkan perempuan suda menjadi bagian dari citizen dan suda disertakan dalam dewan Kota dan mereka menyadari esensi demokrasi bukan hanya citizenship (kewarganegaraan) tetapi pentingnya mobilisasi rakyat, inilah warisan yang oleh Philip Petit sebut sebagai Freedom as nondomination, ketika praktek nilai-nilai demokrasi ini tumbuh dan berpengaruh sampai ke yunani, maka menurut Homblowers para filsuf masa itu mulai mengkonsepkan demokrasi, seperti Solon, Psistrades, Kleisthenes, Prikles, Plato dan Aristoteles

sementara demokrasi di Romawi menurut Polybus dalam The universal History 40 jilid menyebut Romawi mampu menjalankan mixed sistem pemerintahan Republik yang terpadukan elemen Monarki (The Consul), Aristokrasi (Senat) dan Demokrasi/majelis Plebs (rakyat biasa), historis pembagian kekuasaan ini dikemudian hari dikonsepkan lebih matang oleh John Locke (Eksekutif, Legislatif dan Federatif) dan Montisqueui (eksekutif, legislatif, yudikatif) terkait realitas kekuasaan di Inggris antara Raja dan Aristokrat lokal, maka Tan Malaka menyebut itu sebagai tanda lahirlah konsep trias politika State modern

Dari penjelasan singkat historis di atas, terlihat sebenarnya Demokrasi ditempat lahir nya juga sudah bermasalah dalam praktek, untuk itu, kita perlu merefleksikan kembali praxis dari demokrasi, agar kita tidak meritualkan demokrasi semu, Sementara di dunia saat ini ada banyak subtipe demokrasi, seperti demokrasi konsosional, demokrasi kerakyatan, pseudo demokrasi, demokrasi liberal dan demokrasi Komunis, bahkan menurut David Collier dan Steven Levitsky tipe demokrasi di dunia sebanyak 550 jenis (Suyatno, 2008).

Demokrasi Liberal

Menurut Robert Dahl, demokrasi liberal memiliki dua konsep penting yang perlu diketahui. Kedua konsep tersebut diantaranya yaitu kontestasi/pemilihan umum dan partisipasi. Kontestasi sendiri memiliki arti sebuah perdebatan atau penyanggahan dapat terwujud dengan adanya hak untuk membentuk partai dan kebebasan pers.

Samuel P Huntington 1990 menjelaskan inti dari demokrasi liberal yaitu cara untuk menetapkan Otoritas sekaligus membatasi Otoritas tersebut. Pemilu (Voting) di anggap sebagai kegiatan politis yang paling penting dan esensial untuk di selenggarakan secara periodik dan teratur oleh negara yang menganggap dirinya demokratis (Miriam Budiarjo, 1998).

Jalur menuju demokratisasi yang rasional Martin Lipset menawarkan gagasan demokrasi hanya bisa berhasil lewat modernisasi, tolak ukur yaitu Eropa, Amerika utara dan Australia, tetapi ada juga bahwa faktor modernisasi melahirkan sebaliknya yaitu otoritarianisme itu yang di bilang oleh  Gulliarmo O’Donnell seperti yang terjadi di Asia dan Afrika, paska kemerdekaan ketika pemimpin nasionalis tumbang di ganti dengan rejim otoritarianisme birokratik yang menunggangi demokrasi seperti yang pernah terjadi Filipina, Korea Selatan, dan beberapa negara di Amerika latin.

Dari banyak tipe demokrasi di dunia, sudah menunjukkan aspek irasionalitasnya, misalnya Hitler terpilih secarah demokratis melalui pemilu tetapi mempraktekan irasionalitas dalam demokrasi, praktek demokrasi otoritarian yang irasionalitas dalam demokrasi pernah terjadi di beberapa negara di dunia seperti yang di sebutkan oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt  dalam How Democracies Die seperti di Venezuela, Peru, Polandia, Rusia, Sri Lanka, Turki, dan Ukraina.

Hari ini demokrasi liberal di barat memasuki irasionalitas baru, demokrasi Amerika dituduh oleh Profesor Ekonomi Gerald Epestein dari Institut Penelitian Ekonomi Politik di Universitas Massachusetts, dibajak oleh para Kartel Perbankan. Belum lagi neo konservatisme kolaborasi kartel perbankan, pengusaha minyak dan industrial kompleks Militerial Amerika yang menguasai White House merekayasa imprealisme mutakhir dalam kebijakan luar negeri Amerika, menyebabkan kekacauan di timur Tengah dan beberapa negara di Afrika utara, prang proxi di Ukraina vs Rusia, yang terbaru krisis gaza dan selat bab almadeb di Yaman, semua itu menunjukan, benar juga apa yang di bilang oleh G Modelski dalam Long Cycles in World Politics 1978, bahwa komunitas internasional itu adalah komunitas anarkis dan peperangan itu bersifat sistemik yang diputuskan oleh eksekutif.

Demokrasi Komunis

marx melihat demokrasi liberal sebagai ideologi borjuis, dimana demokrasi liberal akan mengadakan kebebasan politik, dengan seruan para proletariat harus memenangkan perjuangan politik lewat revolusi  sosial/festival rakyat dan menerapkan diktatur proletariat, diktatur proletariat yaitu negara telah di ambil alih oleh proletariat dan tani kemudian menghapus kepemilikan pribadi lewat UU dengan sendirinya semua kepemilikan adalah milik bersama, dengan sendirinya privelesnya kaum borjuis hilang, maka disitulah para borjuis kembali merasakan diktatur dari mayoritas rakyat ke pada minoritas rakyat/borjuis, yang sebelum revolusi para borjuis yg merupakan minoritas rakyat melakukan diktatur terhadap mayoritas rakyat dengan uu privilesenya dalam ekonomi negara yang menyengsarakan mayoritas rakyat.

Marx menjelaskan proses demokrasi Komunis yaitu Diantara masyarakat kapitalis dengan masyarakat Komunis terdapat perubahan revolusioner dari yang satu menjadi lain, sesuai dengan periode peralihan politik dimana negara menerapkan diktatur proletariat (Kristeva 2011), ketika penerapan diktatur proletariat menuju tujuan dari demokrasi Komunis tertuang dalam tulisan Marx Kritik Terhadap Program Gotha “masyarakat Komunis muncul dari masyarakat kapitalis, relasi sosial, ekonomi, moral dan intelek masih membawa bekas masyarakat lama, ini adalah tahap pertama dari masyarakat Komunis.

Menuju tahap tinggi yaitu setelah lenyap dari kemunduran yang membedakan dari manusia dari pembagian kerja, di ikuti pula lenyaplah pertentangan antara kerja badan dan kerja otak, setelah kerja tidak lagi menjadi sarana untuk hidup, tetapi menjadi kebutuhan utama, setelah bersamaan perkembangan menyeluruh setiap individu tumbuh juga tenaga produktif dan sumber kekayaan mengalir dengan melimpah ruah hasil produksi, disitulah horizon sempit borjuis di lampaui, maka masing-masing menurut kemampuan dan masing-masing kebutuhannya.

Irasional Demokrasi Komunis

Irasional dari demokrasi Komunis yang di praktek oleh Lenin di Rusia di jelaskan oleh Edward Berstein dan Karl Kautsky. Kautsky dalam karyanya Die Diktatur des Proletariats 1918 dan Marxism and Bolshevism: Democracy and Dictatorship, Kautsky melihat pemerintahan Bolshevik di Rusia. Dia melihat kaum Bolshevik (atau Komunis) sebagai organisasi konspirasi yang memperoleh kekuasaan dengan kudeta dan memprakarsai perubahan revolusioner yang mana tidak memiliki dasar rasional ekonomi di Rusia. Alih-alih, masyarakat yang didominasi birokrasi berkembang, dan kesengsaraan yang melebihi permasalahan.

Kenapa demokrasi Komunis gagal di praktekan di Rusia, karena masyarakat komunisme itu manurut Marx harus tercipta dari syarat-syarat kondisi ekonomi kapitalisme yang matang, agar tidak terjadi kelangkaan paska revolusi, karena ketika kelangkaan ekonomi otomatis memaksa birokrasi berdiri. Itulah yang max Sachmath sebut Stalin sebagai karikatur jahat birokratik.

Hemat saya, demokrasi liberal dan demokrasi Komunis adalah ideologi yang rasional tetapi ketika di praktekan banyak terdapat irasionalitas dan bisa dibilang idiot/bodoh karena bertentangan dengan prinsip kemanusiaan (liberty, fraterniti, dan egaliter), demokrasi liberal dan demokrasi Komunis bersatu dalam blok exsis pada Perang Dunia ke dua, melawan negara fasis, dan sala satu negara fasis yaitu jerman, pemerintahan nya terpilih secarah demokratis, dan perang Dunia ke dua memakan korban 55 juta jiwa manusia, ini adalah angka irasional dalam demokrasi idiot

Peta Jalan Baru Demokrasi Rasional

Saya menawarkan sistem demokrasi kerakyatan, demokrasi tanpa priveles oligarki, demokrasi tanpa diktatur proletariat, demokrasi tanpa partai politik, demokrasi tanpa pemilu, demokrasi tanpa pilkada, demokrasi tanpa penyelenggara pemilu dari pusat sampai desa, demokrasi tanpa pencoblosan One man One fotes.

dimana pergantian kepemimpinan eksekutif, legislatif dan yudikatif dari nasional sampai daerah dilakukan secarah terbuka, oleh panitia independen hanya di lingkaran kampus, semua warga negara, buruh, tani dan kaum miskin, PNS, militer setara dan bisa bersaing menjadi pemimpin rakyat lewat seleksi Computer Assisted Test (CAT), yang lulus susun skripsi dan akan ikut ujian psikologi dan wawancara dan debat di kampus bersama profesor dan di adakan secarah terbuka live streaming di berbagai plat fon media sosial, yang lulus di eksekutif bisa menjadi, presiden, gubernur, bupati dan kepala desa, yang lulus di legislatif bisa menjadi DPR pusat sampai daerah, di lembaga Yudikatif juga sama

Dengan demikian pemerintah rakyat terbentuk, semua rakyat setara dalam proses menjadi pemimpin

Demokrasi kerakyatan ini telahir dari anasir demokrasi yang lama, watak rakyat dari demokrasi lama tak langsung hilang, walaupun priveles ekonomi dan politik mereka di hilangkan, tetapi perlahan kondisi sosial demokrasi Baru akan merubah watak dan hubungan-hubungan sosial produksi, perlahan lompatan kesadaran sosial kerakyatan terjadi, disitulah masyarakat akan menulis semua orang akan bisa menjadi pemerintah dan semua pemerintah bisa menjadi rakyat, ketika pemerintah menjalankan kebijakan tidak sesuai dengan standar uu yang di tugaskan, maka bisa di reccal/diganti dengan yang baru, semua kepemimpinan di adakan lima atau sepuluh tahun sekali dan hanya sekali menjabat, dan semua keputusan bersifat demokratis yang merujuk pada uu dan realitas kehidupan masyarakat yang telah di tetapkan secara musyawarah mufakat****

Pilkades dan Pembelajaran Politik

Oleh : Edi Udin
(Koordinator TPP-P3MD Kabupaten Halmahera Selatan)

Pilkades merupakan salah satu bentuk pesta Demokrasi yang begitu merakyat. Pemilu tingkat Desa ini merupakan ajang kompetisi politik yang begitu mengena kalau dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran politik bagi masyarakat.

Pada moment ini, masyarakat yang akan menentukan siapa pemimpin Desanya selama 6 Tahun ke depan. Banyak bentuk pesta Demokrasi yang telah digelar dalam kehidupan politik kita sekarang. Pilpres, Pilkada, Gubernur, Pilkada Bupati dan Pemilu Legalitas. Tak ketinggalan adalah Pilkades. Begitu menarik bagi saya untuk mengkaji lebih dalam tentang budaya pemilihan Kepala Desa ini.

Dalam pelaksanaannya begitu mendetail keterkaitan antara pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaannya. Sehingga, perlu ketelitian dari tiap calon pemilih dalam menilai calon pemimpin yang akan dipilihnya tersebut. Namun Pilkades terasa lebih spesifik dari pada pemilu-pemilu di atasnya yaitu adanya kedekatan dan keterkaitan secara langsung antara pemilih dan para calon. Sehingga, suhu politik di lokasi sering kali lebih terasa dari pada saat pemilu pemilu yang lain.

Pengenalan atau sosialisasi terhadap calon-calon pemimpin bukan lagi mutlak harus lagi penting. Para bakal calon biasanya sudah banyak dikenal oleh setiap anggota masyarakat yang akan memilih. Namun demikian, sosialisasi program atau visi-misi sering kali tidak dijadikan sebagai media kampanye atau pendidikan politik yang baik. Kedekatan pribadi, akan sering kali banyak dipakai oleh masyarakat untuk menentukan pilihannya. Di sini unsur nepotisme masih begitu kental membudaya. Demikian juga dengan kolusi, hubungan baik dalam berbagai posisi juga banyak dijadikan sebagai unsur penentuan hak pilih. Demikian juga dengan unsur Money politik yang sering dijadikan iming-iming dorongan dalam pemilihan. Hal demikian akan menjadikan para calon harus mengeluarkan biaya yang begitu besar.

Persaingan antar calon sering kali juga terjadi dengan berlebihan. Kalau demikian, ini yang terjadi usaha penghapusan KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) akan terasa sulit diwujudkan. Di sini pendidikan politik perlu dikembangkan. Kerelaan berkorban untuk kepentingan Desa yang juga merupakan bagian dari bangsa dan negara, ini tentu perlu diwujudkan.

Tidak semua pengorbanan harus diukur dengan kontribusi uang. Kalau budaya maney politik di tingkat Desa bisa dikikis, tentu sedikit demi sedikit di tingkat yang lebih atas hingga pemilihan Presiden akan dapat diwujudkan proses pemilihan pelaksana pemerintahan yang jujur dan adil.

Pilkades merupakan bagian dari proses kegiatan politik untuk memperkuat partisipasi masyarakat. Sehingga diharapkan akan terjadi perubahan yang signifikan di tingkat pedesaan. Semula kita hanya mengenal pesta demokrasi secara langsung berupa Pilkades ini. Sehinga pelaksanaannya banyak keluar dari etika dan norma politik. Money politik dengan berbagai bentuknya sulit sekali dihindari.

Kemudian sejak era reformasi, masyarakat dibudayakan dengan pemilihan pimpinan dengan cara pemilihan langsung. Dengan adanya Pilkada di harapkan masyarakat dapat terlatih untuk peduli kepada pemimpinnya serta sadar terhadap apa, siapa dan bagaimana pemimpin yang akan di pilih nanti.

Hal yang menarik menjelang Pilkades saat ini yakni adanya isu Putra Daerah. Akhir-akhir ini Putra Daerah dirasa menjadi salah satu syarat pendukung yang perlu dimiliki oleh seorang calon pemimpin Desa. Sehingga tidak mengherankan jika seorang calon Kepala Desa menambahkan keterangan Putra Daerah pada setiap kampanyenya.

Berdasarkan dari fenomena tersebut, maka perlu pemikiran secara jernih tentang apa arti dari Putra Daerah itu sendiri. Apakah yang dimaksud dengan Putra Daerah adalah penduduk asli dari Desa setempat.

Menurut Eep Saefullah Fatah dalam salah satu kolom politiknya, ada 4 jenis dari defenisi Putra Daerah, yakni pertama, Putra Daerah geanologis atau biologis yaitu seseorang yang dilahirkan dari Daerah tersebut. Kategori ini dibagi yakni seseorang yang dilahirkan di Desa tersebut yang salah satu atau kedua orang tuanya berasal dari Desa tersebut dan mereka yang tidak lahir di Desa tersebut, tapi memiliki orang tua yang berasal dari Desa tersebut.

Putra Daerah ini terlintas hanya memiliki kepentingan pragmatis dengan Daerah asalnya. Mereka menggunakan Daerah hanya sebagai basis pemenuhan kepentingan politik dan ekonomi mereka sendiri. Namun sebaliknya, Daerah itu pun sedikit banyak memperoleh keuntungan politik dan ekonomi dari mereka. Keempat, yakni Putra Daerah sosiologis yaitu mereka yang bukan saja memiliki keterkaitan genealogis dengan Daerah tersebut, tetapi juga hidup, tumbuh dan besar serta berinteraksi dengan masyarakat Daerah tersebut. Mereka menjadi bagian sosiologis dari Daerah tersebut.

Pilkades dilakukan dengan mencoblos tanda gambar calon Kepala Desa. Pilkades telah tersedia jauh sebelum era Pilkada langsung.

Akhir-akhir ini telah tersedia kecenderungan Pilkades dilakukan secara serentak dalam satu Kabupaten yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dilakukan agar pelaksanaannya semakin efektif, efisien dan semakin terkordinasi dari sisi keamanan.

Dalam pemilihan pemimpin Desa yang harus diutamakan ialah  tentang kapabilitas dari calon-calon pemimpin tersebut. Suatu Desa tidak hanya dapat dipimpin oleh pemimpin yang bermodalkan kefiguritasan, namun cacat secara intelektual, moral dan sosial.

Pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang yakni seseorang memiliki akseptabilitas, namun ditunjang oleh moral yang baik, memiliki kemampuan yang cukup untuk memimpin dan membimbing masyarakatnya dan juga memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas administratif dan perpolitikan serta memiliki wawasan yang luas dan pandangan yang luas terhadap perbaikan masyarakat yang dipimpinnya di Desa.

Jalan Lingkar Obi Dalam Polemik : Apakah Suatu Takdir Yang Telah Ditentutan?

Oleh :

Asyudin La Masiha, Ketua Bidang-bidang Penggerak Aparatur Organisasi (P.A.O)
GPMO-MALUT

 

Mengawali catatan pendek ini, penulis Hanya ingin menegaskan bahwa Judul di atas tentunya bukanlah bermaksud untuk kita kembali mempersoalkan tentang kebebasan manusia dan ketetapan Tuhan melainkan sebagai suatu bentuk refleksi diri atas segala apa yang kemudian terjadi khususnya dalam pengambilan kebijakan.

Bagaimana menyejahterakan rakyat kiranya adalah pertanyaan yang kekal dalam benak kita sekalian, dan tentunya sebagian dari kita akan berdalih bahwa infrastruktur adalah modal awalnya. Pembangunan infrastruktur jelas memiliki dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat, oleh sebab itu kita harus memastikan bahwa pembangunan infrastruktur tidak boleh sentralistik, terfokus pada masyarakat kota atau pusat melainkan harus merata sampai kepada masyarakat pedesaan karena akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat, memberikan manfaat langsung khususnya pada aspek ekonomi sehingga mempercepat terjadinya peningkatan produktivitas masyarakat.

Meningkatnya kesejahteraan, terfasilitasinya pelayanan umum serta adanya pemerataan pembangunan adalah impian dari setiap daerah (masyarakat pada umumnya) dan Kepulauan Obi adalah daerah yang mengharapkan itu. Mengapa tidak, daerah yang terbilang kaya Sumber Daya Alam sampai ini masih jauh dari apa yang disebutkan di depan, artinya tidak berbanding lurus antara infrastruktur dan sumber daya alam yang melimpah.

Di Selatan Halmahera, Kepulauan Obi adalah fenomena yang jelas untuk studi kasus bagaimana minimnya infrastruktur, padahal kaya akan sumber alam. Sebagai salah satu daerah di Provinsi Maluku Utara yang dimasukkan sebagai wilayah yang akan di mekarkan menjadi Kabupaten baru (telah di deklarasikan sejak 20 Mei 2008 bertempat di Laiwui, Kecamatan Obi) selain dari Wasilei, infrastruktur di Kepulauan Obi sangatlah memprihatinkan olehnya itu harus diseriusi.

Mulai dari penyediaan air bersih hingga tersedianya aliran listrik dan juga jalan adalah kenyataan buram bagi masyarakat Kepulauan Obi, yang sampai hari ini belum juga di wujud nyatakan oleh pihak yang berwenang. Dan sekarang, Obi yang dimasukkan sebagai Kawasan Industri Nasional semestinya perlu diperhatikan oleh pemerintah baik daerah (kabupaten/Provinsi) maupun pusat terutama infrastruktur khususnya jalan.

Berdasarkan Peraturan Presiden tentang pembangunan jalan lingkar Pulau Obi sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 tahun 2020 tentang perubahan ketiga atas peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan proyek Strategis Nasional yang ditetapkan di Jakarta 17 November 2020 oleh Presiden Republik Indonesia adalah kabar baik bagi masyarakat Obi pada umumnya namun lagi-lagi, mengalami jalan buntu karena terancam gagal.

Bermula dari Pihak Perusahaan (Harita Group) yang melakukan pencegahan ketika proyek tersebut dikerjakan dengan alasan belum adanya izin khusunya Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) karena lahan tersebut masuk dalam kawasan IUP perusahaan dengan penawarkan jalur lain atau perpindahan jalur. Berselang waktu, problem tersebut bisa diselesaikan dengan tetap pada jalur utama, sekalipun IPPKH belum juga diterbitkan.

Polemik terus berlanjut, sampai dokumen/surat balasan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tertanggal 31 Mei 2021 atas surat pemerintah provinsi Maluku Utara Tanggal 25 Mei 2021 diketahui oleh masyarakat Obi. Pasalnya ada beberapa dokumen yang harus dilengkapi demi mempercepat pekerjaan pembangunan jalan lingkar Obi. Pertanyaannya, bagaimana bisa dengan dokumen yang belum lengkap suatu proyek bisa di dilaksanakan? Mungkin jawabannya ialah silahkan dimulai dengan catatan izin menyusul.

Kita harus kembali bertanya, untuk mempercepat pekerjaan pembangunan jalan lingkar Obi, pihak manakah yang bertanggungjawab dalam melengkapi semua dokumen prasyarat yang diminta oleh kementrian? Dan lagi, dengan waktu yang kurang lebih 3 bulan lamanya kenapa dokumen tersebut belum juga terselesaikan? Inilah pertanyaan yang muncul dibenak masyarakat Obi. Saling melempar, Terkesan adanya ketidakseriusan pihak terkait dalam pembangunan Obi, khusus infrastruktur (jalan). Sekali lagi, padahal Obi besar berkontribusinya pada daerah khusus pada sektor pertambangan.

Semestinya, ketika surat balasan dari kementrian telah diterima, antara pemerkasa dan juga pemerintah daerah seharusnya koordinasi dengan maksud melengkapi semua Dokumen prasyarat yang diminta. Namun lain cerita sehingga pada kondisi sekarang, Jalan Lingkar Obi hanyalah sebuah polemik dan ini adalah sebuah bencana (dalam pandangan penulis), sebab adanya polemik tersebut akan berakibat pada pengganggaran pembangunan jalan lingkar Pulau Obi di tahun 2022, apabila pada tahap pertama pekerjaan tersebut dihentikan sekalipun hanya sementara. Ini yang dikhawatirkan, Jalan Lingkar Obi berpotensi gagal apabila seluruh dokumen yang diminta belum juga disiapkan oleh pihak yang berwenang sebelum masa waktu tahap pertama selesai atau paling lambat pada bulan November kedepan, dan itu sekali lagi adalah ancaman bagi masyarakat Obi.

Mengapa tidak, Pemekaran kepulauan Obi untuk menjadi satu kabupaten baru berdasarkan amanah Undang-Undang tentunya dilihat juga pada aspek infrastruktur, dan jalan Lingkar Obi adalah modal utama. Jika pemekaran telah digantung (dengan moratorium yang belum dicabut) maka Jalan Lingkar Obi harus terlaksana, biar keduanya tidak menjadi wacana dalam Lingkaran hitam regulasi.

Antara Memiliki Dan Dimiliki

Oleh :

Hamdy M. Zen


Dosen PBA IAIN TERNATE / Ketua DPW RPI Maluku Utara


Secara fisik, manusia merupakan makhluk yang istimewa, bila dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya. Seluruh anggota tubuh yang dimiliki manusia, sangat jauh berbeda dengan apa yang terdapat pada makhluk lainnya. Kambing, sapi, Gajah, serta hewan – hewan yang lain misalnya, juga memiliki anggota tubuh yang sama seperti halnya manusia, yakni mereka juga memiliki tangan, kaki, mulut, hidung dan lain – lain. Hanya saja, semua anggota tubuh tersebut, jika dibandingkan dengan yang terdapat pada manusia, sangatlah jauh “berbeda”.
Tangan manusia memiliki “multi fungsi”.

Sementara tangan yang dimiliki Kambing dan kawan – kawan di atas, hanya diperbantukan untuk menopang kakinya agar bisa berjalan dalam menjaga keseimbangan. Begitu seterusnya. Oleh sebab itulah, manusia dikatakan makhluk yang paling sempurna, diantara makhluk ciptaan lainnya.

Melihat kesempurnaan tersebut, terasa sangat wajar jika kehidupan manusia, selalu dipenuhi dengan segala kemisteriusan dunia. Lantas, dengan kesempurnaan inilah, manusia diharapkan, mampu menggali setiap lini kehidupan, untuk menemukan fakta, di balik misteri dunia itu sendiri. Maka manusia perlu segala sesuatu untuk itu.

Pembaca yang budiman!
Mungkin, kalimat “perlu segala sesuatu”, sebagaimana yang dikatakan di atas, menjadi salah satu, dari sekian banyak faktor, yang kemudian dapat mempengaruhi manusia, untuk rela melakukan apa saja. Ya, melakukan apa saja, demi mencapai apa yang dicari. Fakta ini, mengingatkan kita pada apa yang kemudian disebut dengan “optimis”. Dari optimislah, manusia akan bisa menemukan fakta – fakta, yang masih dalam teki – teki.

Berjuang sampai mati. Mungkin kalimat ini, sangat tepat disandarkan dengan kata optimis di atas. Maka mari berjuang, selama nafas masih berhembus, selama darah masih tetap berjalan, dan selama jantung masih terus berdetak. Sebab, selama itu pula, pintu cahaya akan selalu ada. Berjuang sambil berdoa. Tabea.

Namun demikian, perjuangan manusia, seringkali juga menuai jalan buntu. Lalu, dalam keadaan begini, manusia kemudian berputus asa. Merasa telah usai sudah, lantas berkeluh kesah dan berakhir pada jalur bahaya. Na’udzu billah ( mari berlindung pada Allah ).

Jalan terbaik yang harus diambil manusia adalah, terus berjuang dan tetap bertahan. Sebab, Tuhan tak pernah meninggalkan. Tuhan selalu ada, bahkan selamanya tetap ada. Tuhan tak pernah datang, sebab dia tidak pernah pergi. Kalimat ini, mungkin bisa dijadikan senjata, bagi setiap kita yang siap bertarung dalam menjawab segala teka – taki dunia.

Pembaca yang istimewa!
Acap kali pula, manusia optimis yang pantang menyerah, ketika sudah sampai pada apa yang dicari, perlahan mulai lupa. Lupa bahwa dia pernah tertati – tati, lupa bahwa dia pernah mangis sedih, lupa bahwa dia pernah dipalsukan janji, lupa bahwa dia pernah dikhianati, lupa bahwa dia pernah dikucilkan sendiri, lagi dan lagi. Hal tersebut, bukannya dijadikan pembelajaran untuk menjadi lebih berarti, malah justru beralih, menjadi penguasa yang lupa diri. Naudzubillah. Semoga kita terhindar dari sikap yang begini.

Kurang lebih, seperti inilah realita kita saat ini kawan. Walau pun, ini tidak bermakna kolektif atau universal. Akan tetapi, hampir sebagian besar, dinamikanya seperti ini. Oleh karenanya, manusia harus terus berusaha dan berusha. Sebab, ketika rasa penguasa yang lupa diri masih tetap ada, maka kesimpulannya kita masih dalam proses menuju ke sana. Artinya bahwa teka – teki kemisteriusan dunia, belum kita temukan faktanya. Secara otomatis, hidup kita masih dalam tanda tanya. Konklusinya adalah, misteri hidup belum selesai.

Bagaimana caranya untuk menyelesaikan keadaan ini? Jawabannya Cuma satu, ya bersusaha. Sebab, hanya dengan usaha, segala yang sulit menjadi mudah, segala yang gelap menjadi terang, segala yang jauh menjadi dekat, segala yang hitam menjadi putih, segala yang abu – abu menjadi jelas, segala yang ragu menjadi yakin dan segala yang bathil menjadi hak. Semua karena usaha. Maka mari sekali lagi, kita tetap berusaha. Tabea.

Pembaca yang luar biasa!
Usaha, bukan berarti menghalalkan segala cara. Namun usaha di sini, adalah sikap yang tak pernah kenal lelah, dalam melangkah mencari cahaya, dengan tetap menghadirkan Tuhan, dalam segala urusan, dengan penuh keikhlasan, juga kesabaran. Sehingga, kemudian tidak ada yang namanya “dusta diantara kita”. Sampai setiap yang diperoleh, tidak lagi, adanya rasa memiliki dan tidak pula memiliki rasa yang dimiliki. Namun demikian, mohon maaf, dengan berbicara seperti ini, bukan berarti penulis telah dianggap selesai. Tidak. Penulis pun hingga saat ini, masih tetap berproses sama – sama dengan kita semua, untuk menemukan fakta misteri hidup, guna menjadi yang terbaik sebagaimana yang diharapkan Tuhan kita bersama.

Baik, kita lanjut pada pembahasannya. Berikut ini, penulis akan mencoba menjelaskan sedikit maksud di atas, terkait dengan rasa memiliki serta rasa dimiliki.
Pertama rasa memiliki. Rasa memiliki, biasanya akan membuat kita menjadi takut akan kehilangan. Hal ini bisa dibuktikan dengan sebuah contoh berikut. Katakanlah kita punya mobil, rumah, pangkat, jabatan dan seterusnya. Materi – materi tersaebut, jika masih ada rasa memiliki yang tersimpan di dalam hati, yakin dan percaya kita pasti takut kehilangan. Maka setiap tindakan yang kita ambil, pasti selalu terkoneksikan dengan materi yang kita punya tersebut. Kehati – hatian yang dipraktikan, sebagaimana yang disampaikan tersebut, merupakan sesuatu yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan kita.

Hanya saja, ketika kita salah dalam memaknai makna di balik dari kata hati – hati tersebut, maka kita tidak akan mendapatkan apa – apa. Semua hanyalah hampa belaka. Sebab, setiap langkah yang diambil, masih terpikirkan oleh kita, terkait dengan apa yang kita miliki saat ini. Kita melakukan ini, karena takut kehilangan ini, atau kita bersikap begini, guna terhindar dari gugurnya ini. Dan seterusnya. Hal ini menunjukan bahwa, rasa memiliki, masih setia berteduh di dalam hati yang terdalam, lalu tanpa sadar, dengan sendirinya Tuhan terlupakan bahkan terabaikan. Jadi, rasa memiliki, membawa kita pada sikap menang sendiri. Mohon maaf, penjelasan ini, jangan sampai disalah artikan. Bacalah dengan hati, insya Allah pasti akan dimengerti. Tabea.

Kedua rasa dimiliki. Adapun rasa yang dimiliki pun maknanya hampir sama dengan rasa memiliki di atas. Bedanya, terletak pada posisi katanya saja. Kalau rasa memiliki berarti posisi kita sebagai subjek. Sementara rasa dimiliki, berarti kita berposisi sebagai objek. Contoh, kita bekerja di suatu instansi yang mana, pada instansi tersebut ada pimpinan yang membawahi kita. Dari sini, ketika kita mau melakukan sesuatu, kita pastinya selalu terfikirkan dengan posisi yang kita jabat. Jangan sampai apa yang diperbuat menyimpang, sehingga kedudukan kita bisa tergeser atau pun terganti.

Dengan bekerja sesuai tupoksi, merupakan hal yang baik. Akan tetapi, perlu pula untuk diingat, jangan sampai saking takutnya atasan / jabatan, sampai – sampai segala hal yang wajib terabaikan. Misalnya, kita diperintahkan untuk melakukan ini, sementara itu bertentangan. Namun karena itu perintah atasan, mau tak mau kita harus melakukannya. Ini naif kawan. Jadi, rasa yang dimiliki, jangan sampai membawa kita pada penyimpangan. Oleh sebab itu, berhati – hatilah kawan.

Pembaca yang terhormat! Tabea.
Kedua rasa tersebut, jika dipahami dengan penuh kesungguhan hati, insya allah akan membawa kita pada titik pertama, yang selama ini terus menjadi misteri. Keduanya lantas mengajarkan kita tentang arti hidup yang sebenarnya. Inilah yang semestinya kita usahakan agar bisa ditemukan, lalu dengan sigap kita pertahankan.
Semoga di hari kemerdekaan kali ini, kita semakin berkembang. Akhirnya penulis hanya dapat berkata, Selamat HUT NKRI yang ke 76, Jayalah Indonesia Ku, Jayalah Garuda Di Dada Ku. Salam Perjuangan. Tabe


Ternate, Puncak Dufa – Dufa, 18 Agustus 2021