Oleh : Asyudin La Masiha, kader Forum Studi Anak Sastra Maluku Utara (FORSAS-MU)
Zaman telah berubah, begitulah kita memahami kondisi sekarang. Perkembangan zaman kian pesat, seakan tak bisa untuk ditolak atas apa yang dihasilkan. Berbagai inovasi muncul, entah sebagai pembaharuan atau yang pada dasarnya tidak ada menjadi ada. Bahkan pada hal-hal yang prinsipil dan asasi, disentuh oleh perubahan zaman. Sikap, pola tingkah laku terutama gaya hidup adalah hal lain yang mengalami perubahan akibat berubahnya zaman. Menjadi pengakuan bersama bahwa zaman yang berubah ini dikarenakan oleh berubahnya cara pandang terutama pada apa-apa yang dianggap usah, sehingga harus dilakukan perubahan.
Perubahan serta Perkembangan zaman tentu tak selamanya dianggap negatif, pastinya semua itu tergantung dari sudut mana kita menilai dengan perangkat epistem dan tentunya dengan kesadaran penuh atas perubahan dan perkembangan zaman itu sendiri. Refleksi kesadaran atas perubahan zaman mengharuskan kita untuk memilih dan memilah apa-apa yang harus dipertahankan serta mengganti apa yang layak untuk di ganti, sederhananya adalah menyesuaikan. Sekalipun tidak semua apa yang prinsipil dan asasi itu mengalami perubahan, semisal kebudayaan namun ada diantaranya produk dari kebudayaan seakan kehilangan tempat, sehingga berkemungkinan akan lenyap salah satunya adalah permainan tradisional.
Dengan berubah dan berkembangnya zaman, teknologi merupakan wujud nyata. Perkembangan teknologi seakan memaksa diri untuk semaksimal mungkin memanfaatkannya secara bijak. Berbasis pada penggunaan jaringan, banyak bermunculan programmer serta aplikasi baru yang praktis dari sisi penggunaan.
Belakangan banyak bermunculan game-game online yang marak di mainkan di sebagian masyarakat kita, terutama bagi anak-anak. Dengan kelabilan sifat serta kemauan hati yang condong pada kesenangan semata, anak-anak adalah yang paling rawan terpengaruh terhadap perkembangan teknologi terutama game online. Bukan maksud menggurui, namun bisa dicoba dengan metode survei untuk membuktikan pernyataan tersebut.
Bukan bermaksud menutup diri atau bahkan mengutuk perkembangan teknologi, disadari penuh bahwa perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan teknologi sangat membantu terutama dalam akses dan transaksi informasi, sebagai medium komunikasi dan lainnya sebagai nilai plus dari perkembangan dan kemajuan teknologi, di satu sisi ada kemungkinan lain apalagi dalam pemanfaatan teknologi yang belum maksimal. Inilah yang kiranya menjadi kekhawatiran kita bersama, olehnya itu edukatif dalam pemanfaatan teknologi perlu sebagai suatu bentuk keharusan yang tak bisa ditawar lagi.
Menjaga keselarasan isi dan judul tulisan ini, fokusnya adalah bagaimana pertarungan antar permainan tradisional dan permainan modern, terutama dengan sistem jaringan (game online). Entah bagaimana pandangan yang berkembang kedepan, penulis tak bisa menghakimi apalagi menganggap diri suci karena tidak tersentuh dengan game online serupa dengan perkembangannya. Namun, bagaimana melihat eksistensi permainan tradisional sebagai suatu nilai dalam masyarakat terutama kepada anak-anak dan melihat perubahan tersebut dengan kehadiran game online.
Adalah hal yang lazim, bahwa anak-anak sangat dekat dengan permainan. Dalam kehidupan sehari-hari, permainan tradisional selalu dilakukan anak-anak. Permainan yang dilakukan merupakan sesuatu yang dianggap wajib terutama untuk mendapatkan teman, sarana rekreasi bahkan juga untuk berolahraga. Dengan pandangan dasar bahwa perubahan tidak hanya terjadi pada lingkungan sosial tetapi juga pada pola bermain anak-anak, proses dan cara bermain anak-anak dari hari ke hari mengalami perkembangan. Anak-anak mulai jarang mengenal permainan tradisional bahkan ada yang tidak mengenal permainan tradisional. Padahal, sebenarnya permainan tradisional merupakan sebuah sarana bagi anak-anak dari usia sebelum sekolah hingga usia sekolah untuk melatih motorik dan kognitif. Apa yang melatarbelakangi? tentunya kehadiran permainan modern (game online) adalah salah satu dari sekian banyak alasan.
Keberadaan permainan tradisional mungkin masih ada dan dimainkan oleh anak-anak desa/kampung yang jauh dari pusat kota. Dengan latar belakang desa, tentunya pengaruh perkembangan teknologi terutama game online bisa dikendalikan karena potensi pengaruhnya yang kecil, sehingga bermain permainan tradisional masih bisa di temukan, diantara lain ialah bekel, petak umpet, benteng-bentengan dan juga dodorobe. Permainan tradisional lebih banyak dilakukan bersama-sama sehingga hubungan sosial bagi anak-anak tumbuh ketimbang permainan modern yang terkesan individualistik.
Selain itu, kesehatan fisik juga diperoleh, kematangan emosional, saling tolong menolong, kerja sama, tanggung jawab dapat diperoleh kepada sang anak. Belum juga bahwa permainan tradisional juga termasuk dalam kebudayaan, sehingga dengan memainkan permainan tradisional mereka telah melestarikan budaya. Bukan bermaksud memandang buruk permainan modern (game online), bagaimana kiranya game online, mungkinkah ia akan berefek sama dengan permainan tradisional? Beberapa sumber menyebutkan bahwa dampak lain dari game online ialah kesehatan kata terganggu, mengalami gangguan motorik, mengurangi tingkat konsentrasi dan kurangnya bersosialisasi selain dari sisi positifnya. “Berdasarkan data hasil survei yang dilakukan oleh Cigna, 42% orang indonesia menghabiskan waktu lebih lama untuk bermain game online dari pada melakukan hobi dan bersosialisasi dengan teman-teman”, tulis Kezy Sepriani (Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau, Unand) dalam artikel yang berjudul Bahayanya Game Online dan Tergerusnya Permainan Tradisional. Dalam kondisi demikian, mungkin kita akan berkata bahwa game online tersebut merupakan hiburan semata. Jika lebih, maka itu tergantung dari setiap orang dalam memandang eksistensi serta nilai guna dari game online tersebut.
Dalam tulisannya Gustiana Mega Anggita dan kawan-kawan yang berjudul Eksistensi Permainan Tradisional Sebagai Warisan Budaya, “permainan tradisional merupakan salah satu sarana bermain bagi anak. Selain bermanfaat bagi kebugaran dan tumbuh kembang anak, terdapat juga nilai-nilai positif yang terkandung dalam permainan tradisional misalnya kejujuran, kerjasama, sportif, tolong menolong, tanggung jawab, disiplin dan masih banyak lagi dimana hal-hal tersebut dapat membangun karakter anak”. Selain itu, permainan tradisional lebih efektif dari kegiatan sehari-hari dalam rangka untuk mengembangkan kontrol objek, kemampuan lokomotor dan keterampilan dasar, demikian Hakimeh Albari dkk, menulis dalam tulisannya “The Effect of Traditional Games in Fundamental Motor Skill Development in 7-9 Years Old Boys”. Permainan tradisional mampu meningkatkan kesenangan yang positif, sehingga mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan.
Rupanya, game online dapat mengganti keberadaan permainan-permainan tradisional, yang awalnya permainan tradisional sering dimainkan oleh anak-anak ini sangatlah berbeda setelah game online mulai marak di mainkan, apalagi bagi yang telah menjadi pecandu game online. Dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, permainan tradisional seakan pudar bahkan hilang. Terutama bagi anak-anak yang kini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget dengan bermain game online maupun game offline seperti Mobile Legend, Free fire, ataupun Clash of Clans.
Dengan kondisi yang demikian permainan tradisional seakan di kepung oleh permainan modern (game online), bagaimana kita bersikap? Haruskah kita untuk mengikuti alur perkembangan dengan membiarkan permainan tradisional digantikan oleh game online yang mengambil tempat, bahkan di adakan turnamen ataukah sebaliknya mengambil langkah alternatif demi mempertahankan salah satu dari produk kebudayaan tersebut.
Popularitas permainan tradisional penurunan dari masa sebelumnya. Kiranya perlu perhatian khusus terhadap permainan tradisional dari berbagai pihak sebagai start awal mempertahankan keberadaan dan keberlangsungan permainan tradisional di Maluku Utara, umumnya di Indonesia.
Sebagai warisan budaya, permainan tradisional memiliki ciri khas dan nilai kearifan lokal dari setiap daerah dan itu adalah indentitas selain sebagai sarana bagi anak-anak untuk memperoleh pengalaman gerak, pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Olehnya itu sosialisasi dan pelestarian permainan tradisional secara berkelanjutan adalah hal yang tak bisa di tawar lagi. Bahkan bila perlu, dimasukkan dalam kurikulum sebagai bahan ajar dari tingkat pusat hingga daerah dengan memperhatikan budaya asal daerah. Kalaupun sudah namun belum menuai hasil, maka kembali kepada diri adalah jalan tengah.