oleh

Ramadhan Dilanda Covid-19

Oleh: Uun Oktaviani

Mahasiswa IAIN Ternate

Awal memasuki Tahun 2020, Dunia digemparkan dengan makhluk Allah yang bernama Covid-19 yang berukuran sangat kecil bahkan tidak terlihat oleh kasat mata Namun kehadirannya mampu menghebohkan sampai ke penjuru Dunia, makhluk ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China. Seiring dengan berjalannya waktu, virus asal Wuhan itu berlabuh ke negara-negara lainnya di dunia. Dampaknya yang mematikan dengan bentuk penularannya ibarat kilat sebab terlalu cepat sehingga membuat virus jenis baru ini menjadi musuh bagi masyarakat dunia.

Semua orang berlomba-lomba untuk mencari penangkalnya, dia adalah virus yang menakutkan kehadirannya sangat tidak diduga dengan hitungan detik dia mampu membuat dunia seakan terhenti hampir tidak ada lagi keramaian di luar sana, manusia seakan dibuat tunduk padanya dan dunia seakan dikendalikan olehnya.

Makhluk yang sangat kecil ini mampu merenggut nyawa seseorang tanpa memandang siapa orang itu, keadaan semakin hari semakin mencekam, semakin hari semakin banyak pula korban yang berjatuhan karena sampai saat ini para ilmuwan pun belum menemukan vaksin yang tepat untuk merespon kehadiran virus ini.

Virus ini benar-benar berbahaya dan telah ada di sekitar kita. Itulah sebabnya, kehadiran virus ini tidak boleh dianggap sepele, namun sejauh ini masih ada saja orang yang menanggapi bahwa ini bukan hal yang serius dan bahkan mereka membuat hal ini sebagai bahan lelucon atau candaan ketidakseriusan kita dalam menyikapi virus ini, terlihat dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa sebagian dari kita masih tidak mengikuti himbauan Pemerintah.

Salah satu himbauan Pemerintah adalah pembantasan sosial secara fisik (Physical Distancing). Imbauan ini bermuara pada larangan untuk keluar rumah. Di satu sisi terdapat orang-orang yang menggantungkan hidupnya di luar rumah, hal ini cukup berat untuk mereka hanya berdiam diri dirumah bukan tidak takut dengan bahaya dari virus dan bukannya ingin melanggar peraturan yang sudah diberikan Pemerintah tetapi jika mereka tetap berada di rumah kemungkinan meraka bukan mati karena virus ini melainkan mati karena kelaparan.

Meskipun sudah adanya bantuan dari pemerintah mungkin ini masih dirasa kurang cukup, jadi mau tidak mau mengharuskan mereka untuk terus mencari nafkah meskipun di luar sana ada sesuatu yang berbahaya sedang mengancam kesehatannya yang sewaktu-waktu bisa kapan saja meghampirinya, lantas jika sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan karena keluar ataupun tidak bagi mereka yang hanya menggantungkan hidupnya di jalan, ini sesuatu yang serba salah jika di lakukan.

Ramadhan yang kini telah tiba namun keadaan belum juga membaik, Covid-19 ini belum juga usai padahal bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinantikan oleh umat muslim bagaimana bisa kami menjalankan ibadah puasa dengan tenang jika sampai saat ini masih tersimpan perasaan cemas dihati, tetapi sekarang bukan lah lagi waktunya untuk mengeluh dan saling menyalahkan atau bahkan saling melempar tangan sekarang waktunya kita bersatu dan kompak melawan Covid-19.

Barangkali ini adalah salah satu teguran yang Tuhan kasih untuk menegur kita bahwa dunia ini hanyalah bersifat sementara dan barangkali Tuhan murka atas sikap manusia yang ada di muka bumi ini yang selalu merasa benar, merasa bangga atas kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh manusia dan yang selalu menghalalkan segala cara dalam keberlangsungan hidup.

Tetaplah berdoa agar bumi ini dapat kembali membaik dan untuk umat muslim dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang, bahagia, tanpa harus dihantui oleh perasaan cemas, dan semoga wabah ini cepat berakhir dan kami dapat menyelesaikan tugas-tugas yang sempat terhenti karena adanya virus Covid-19 ini.

banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250 banner 650250

Komentar